Sebagian besar dari kita pasti sudah tidak asing dengan berbagai kursus bahasa asing seperti bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Arab, dan lain sebagainya. Namun, apakah kalian pernah mendengar suatu program belajar yang diperuntukkan bagi orang asing untuk belajar bahasa Indonesia?
Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) adalah program pembelajaran bahasa yang diperuntukkan bagi orang asing yang mempelajari bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Program BIPA mencakup penggunaan bahasa Indonesia dalam struktur dan tata cara penggunaan bahasa Indonesia secara formal, dan penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran BIPA juga diajarkan mengenai kebudayaan dan kehidupan masyarakat Indonesia.
Adanya inisiasi program BIPA sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Pengembangan dan Pelindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) memiliki strategi untuk menunjang internasionalisasi bahasa Indonesia.
Dari tahun ke tahun, capaian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional terbilang berhasil. Iyus Yusuf selaku perwakilan dari KKLP BIPA mengemukakan sepanjang tahun 2021 hingga bulan September, sebanyak 8.950 orang pembelajar BIPA di 30 negara telah terfasilitasi melalui 177 penugasan tenaga pengajar BIPA di 80 lembaga. Melalui capaian tersebut, dapat terlihat bahwa program BIPA sudah terintegrasi baik di dalam ataupun di luar negeri. Bahkan BIPA mengalami perkembangan yang cukup besar, dengan lahirnya pemetaan baru, dan juga permintaan pengajar untuk di beberapa negara.
Penutur asing dapat dengan mudah mendaftarkan dirinya menjadi anggota BIPA dengan mengakses laman BIPA daring di https://bipa.kemdikbud.go.id. Saat ini, sudah ada 1.261 anggota BIPA dan 118.005 pengunjung di laman tersebut. Penutur asing juga dapat menemukan berbagai buku sebagai panduan belajarnya. Sejauh ini terdapat 440 buku yang ditujukan baik untuk pelajar maupun umum. Buku-buku tersebut dilengkapi dengan audio yang dipindai melalui kode respons cepat.
Di sisi lain, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dian Fera Pratiwi dengan judul “Kesulitan yang Dihadapi oleh Para Pemelajar dalam Mempelajari bahasa Indonesia di Universitas Nottingham, Inggris” didapatkan bahwa salah satu kekurangan yang menjadi kesulitan bagi penutur asing untuk mempelajari bahasa Indonesia adalah kurangnya sumber bahan ajar tambahan yang menarik dan bisa diakses secara daring oleh pemelajar.
Kesulitan tersebut selaras dengan modul pembelajaran di laman BIPA yang masih terbatas pada modul berbentuk buku yang dilengkapi dengan audio melalui pemindaian kode respons cepat tanpa adanya visualisasi. Padahal, ada berbagai bentuk dan jenis media yang dapat digunakan oleh pengajar untuk menyalurkan pesan dan wawasan pada pemelajar, salah satunya adalah menggunakan video animasi. Media pembelajaran video animasi merupakan media berbentuk audio dan visual sebagai sarana yang dapat digunakan dalam pengembangan media pembelajaran interaktif. Penggunaan video animasi berperan sebagai media untuk menyampaikan informasi atau pesan. Pesan yang disajikan dalam media video dapat berupa fakta maupun fiktif, dapat bersifat informatif, edukatif maupun intruksional (Sadiman, 2012).
Video animasi pembelajaran merupakan video animasi kartun yang diisi oleh materi-materi pelajaran dan dapat dijadikan media pembelajaran untuk penutur asing karena sifatnya yang menarik dan terkesan lucu dan dapat memberi visualisasi kepada pemelajar. Menurut Faris (Sadirman, 2012) “Animasi adalah media. Media untuk mengubah sesuatu, dari sebuah imajinasi, ide, konsep, visual, sampai akhirnya memberi pengaruh kepada penontonnya”.
Video animasi ini menjadi sebuah solusi untuk menambah ragam metode penyampaian materi kepada pemelajar agar lebih variatif. Penggunaan media pembelajaran yang variatif khususnya video animasi ini diharapkan dapat mempermudah penyampaian materi dan juga mempermudah pemelajar dalam menyerap informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini merupakan langkah usaha dalam melaksanakan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 60 tahun 2014 tentang kurikulum 2013. Pemelajar diharapkan dapat membangun pengetahuannya melalui 5 M yaitu mengamati, menanya, mencoba/mengumpulkan informasi, menalar atau mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
Hal tersebut mendorong kami untuk berinovasi membuat sebuah program dalam rangka internasionalisasi bahasa Indonesia, optimalisasi laman BIPA, dan melestarikan legenda-legenda dari berbagai daerah di Indonesia terutama di Sumatra Selatan melalui pemanfaatan video animasi. Program ini bernama ‘Saga’ yang bertujuan untuk menjawab tantangan internasionalisasi bahasa dengan mengimplementasikan modul berbasis video animasi sebagai panduan belajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing.
Mengapa memilih legenda sebagai topiknya dibanding bentuk sastra lain seperti puisi atau pantun?
Alasan kami menggunakan legenda sebagai topik video animasi ini adalah untuk melestarikan limpahan kekayaan Indonesia akan legenda-legenda yang sudah jarang dikenali generasi saat ini. Selain itu, penutur asing juga dapat mempelajari budaya Indonesia melalui alur cerita dan penokohan di legenda-legenda tersebut. Adanya alur cerita tersebut juga membuat video animasi dalam program Saga mengandung pembelajaran literatur kata berupa kata kerja, kata benda, dan kata sifat. Salah satu legenda yang telah berhasil kami angkat menjadi video animasi adalah ‘Legenda Gua Putri’.
Pembuatan video animasi ini diawali dengan pembuatan narasi dan papan cerita yang meliputi analisis terhadap cerita asli Legenda Gua Putri yang kemudian intisari dari ceritanya ditulis ulang dengan mempertimbangkan aspek-aspek penting dari intisarinya, sehingga video pendek yang dibuat merupakan versi cerita singkat dan ringkas dari cerita asli yang dapat merepresentasikan Legenda Gua Putri secara keseluruhan. Kemudian, narasi dan papan cerita tersebut dianimasikan melalui situs Powtoon dengan menggunakan Pro+ plan yang menghadirkan beberapa fitur seperti pembuatan karakter dengan pakaian spesifik seperti elemen selendang yang dipakai Dayang Merindu, aksesoris kepala Si Pahit Lidah dan Prabu Amin Rasyid, serta penyematan iringan musik Gending Sriwijaya dan audio narasi selama video berlangsung. Video animasi yang dihasilkan berdurasi 2 menit 24 detik. Selanjutnya, video animasi tersebut kami unggah pada kanal Youtube Balai Bahasa Provinsi Sumatra Selatan.
Selain itu, kami melakukan diseminasi awal dan meminta umpan balik berupa video tinjauan dari penutur asing untuk melihat respons mereka sebagai bahan pertimbangan kelayakan video animasi ini dijadikan sebagai modul pembelajaran BIPA. Sebab, salah satu indikator keberhasilan program ini adalah tingkat pengetahuan penutur asing terhadap materi kebahasaan dan sastra yang diukur melalui video tinjauan yang berisikan pemahaman mereka tentang legenda yang diceritakan dan padanan kata bahasa Indonesia yang mereka ingat.
Ternyata, Program Saga memperoleh respons positif dari enam responden yang berasal dari beberapa negara. Empat di antaranya berasal dari Amerika Serikat sedangkan sisanya berasal dari Turki dan Thailand. Keenam penutur asing tersebut rata-rata mampu mengingat 3 padanan kata bahasa Indonesia yang mereka lihat dan dengar dari video animasi “Legenda Gua Putri”. Mereka juga mengungkapkan antusiasmenya dalam belajar bahasa Indonesia sekaligus legendanya melalui sebuah video animasi. Selain itu, video animasi ini juga memperoleh 1.134 penayangan di kanal Youtube dalam kurun waktu 6 hari.
Oleh sebab itu, Program Saga ini dapat dikatakan telah berhasil meski masih membutuhkan banyak perbaikan. Keterbatasan sumber daya manusia yang memiliki keahlian dalam pembuatan video animasi dan fitur aplikasi editor video yang masih terbatas menjadikan ilustrasi pada video animasi Legenda Gua Putri masih terbilang sederhana. Meski demikian, proses pembuatan video animasi yang tidak memerlukan banyak anggaran dana dan dapat dijadikan media pembelajaran yang cocok bagi semua segmen usia.
Demikian hal yang dapat kami lakukan sebagai generasi muda dalam membantu upaya pengembangan dan pembinaan bahasa. Program Saga diharapkan mampu diimplementasikan dalam skala nasional melalui pemberdayaan para Duta Bahasa dari berbagai provinsi di Indonesia. Melalui cara tersebut, referensi legenda yang dijadikan video animasi akan lebih variatif dan interaktif. Selain itu, rencana jangka panjang program ini yaitu menjadi modul berbasis video animasi sebagai panduan belajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).