Gema Bahasa Indonesia di Mimbar Jagat Raya

Kontestasi antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu untuk meraih posisi sebagai bahasa resmi kedua di ASEAN setelah bahasa Inggris seolah tak berujung. Negeri jiran sering kali menggembar-gemborkan bahwa penutur bahasa Melayu mencapai 300 juta jiwa. Padahal, berdasarkan data terkini menurut World Bank (2024), jumlah penduduk Malaysia sendiri hanya sekitar 35,6 juta jiwa saja. Klaim ini jelas menutup mata pada kenyataan bahwa lebih dari dua pertiga dari jumlah tersebut sebenarnya adalah penutur bahasa Indonesia, bukan bahasa Melayu. 

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim, menyebut bahwa setidaknya ada tiga aspek mengapa bahasa Indonesia jauh lebih layak untuk dijadikan basantara (lingua franca) di Asia Tenggara. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek historis, hukum, dan linguistik.

Dalam perjalanannya secara historis, bahasa Indonesia menorehkan kisah yang begitu istimewa. Ia dilahirkan sebagai bahasa perjuangan, menjadi nyala semangat yang menyatukan tekad untuk memerdekakan bangsa dan Tanah Air dari belenggu penjajahan. Status serta peran bahasa Indonesia kemudian diteguhkan secara yuridis melalui konstitusi negara, yaitu UUD 1945 pada Pasal 36, yang menegaskan bahwa “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia.” Pengaturan lebih lanjut mengenai status dan fungsi bahasa negara ini dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. 

Mari tidak melupakan sejarah. Kita tidak menampik kenyataan bahwa bahasa Indonesia memang berakar dari bahasa Melayu. Tetapi, tak dapat dipungkiri pula bahwa bahasa Indonesia telah berkembang dengan pesat. Ia mengukir lafal, kosakata, dan gramatika baru yang mempertegas identitasnya yang unik. Tata bahasa dan sistem ejaan bahasa Indonesia kini telah mencapai kematangan yang kokoh. Sementara itu, bahasa Melayu tidak mengikuti jejak yang sama. Sehingga, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu kini telah bertransformasi menjadi dua entitas yang berbeda. 

Pemahaman pihak Malaysia yang menyamakan kedudukan bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu tentu keliru, bahkan seolah mendegradasi status bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa resmi di Indonesia. Padahal, bahasa Melayu hanyalah satu dari 718 bahasa daerah yang terdapat di Indonesia.

Strategi Lompatan Katak

Perdebatan yang tak berkesudahan antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa pengantar di forum ASEAN telah mengilhami pemerintah Indonesia untuk mengadopsi strategi lompatan katak, yakni merambah ke arena yang lebih luas untuk memperkenalkan bahasa Indonesia ke panggung dunia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya internasionalisasi bahasa Indonesia yang dikenal sebagai pendekatan Lingua Franca Plus. Sederhananya, jika perseteruan di tingkat regional terus berlanjut, pemerintah akan ‘melompat’ lebih jauh, membawa bahasa Indonesia ke ranah yang lebih tinggi.

Strategi lompatan katak yang diadopsi oleh pemerintah Indonesia tidak hanya menjadi langkah taktis, tetapi juga telah membuahkan hasil nyata. Keberhasilan menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi Sidang Umum UNESCO adalah bukti konkret dari strategi ini. Dengan melampaui perseteruan di tingkat regional, pemerintah Indonesia berhasil membawa bahasa Indonesia ke panggung internasional yang lebih bergengsi, memperkuat posisinya sebagai bahasa yang diakui dan dihormati dunia.

Diangkatnya bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi Sidang Umum UNESCO bukanlah tanpa dasar yang kuat. Sejak resmi menjadi bahasa negara pada tahun 1945, bahasa Indonesia telah membuktikan dirinya sebagai alat yang efektif dalam menyatukan keragaman bangsa. Dengan lebih dari 1.340 suku dan 718 bahasa daerah yang tersebar di antara 17.500 pulau, bahasa Indonesia berperan sebagai jembatan komunikatif yang melintasi batas-batas etnis. Kini, dengan lebih dari 275 juta penutur, bahasa ini telah mencapai standar linguistik modern, didukung oleh leksikon yang kaya, tata bahasa yang baku, dan sistem ejaan yang mantap, menjadikannya media utama dalam berbagai aspek kehidupan.

Perjuangan penetapan bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi Sidang Umum UNESCO tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Gebrakan internasionalisasi bahasa Indonesia ini  dilakukan oleh pemerintah berdasarkan amanat dari Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2009 Pasal 44 yang menyatakan bahwa pemerintah menyusun strategi secara sistematis untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. 

Lebih jauh lagi, Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Prof. E. Aminuddin Aziz, M.A., Ph.D., menguraikan bahwa perjalanan panjang yang ditempuh oleh bahasa Indonesia hingga mencapai pengakuan sebagai bahasa resmi di Sidang Umum UNESCO merupakan perjuangan yang tak bisa dianggap remeh. Menurutnya, bahasa Indonesia telah melalui empat fase penting dalam perjalanannya, yakni fase persemaian, fase pengukuhan, fase pengembangan, dan fase pematangan.

a. Fase Persemaian

Dikenal sebagai fase persemaian, fase pertama ini berkaitan erat dengan asal usul dan kelahiran bahasa Indonesia. Dari sudut pandang historis, bahasa Indonesia memiliki kaitan mendalam dengan semangat juang para pemuda Indonesia. Perkembangan bahasa ini berlanjut dengan teguh hingga mencapai puncaknya dalam Ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang dengan tegas menyatakan, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.”

b. Fase Pengukuhan

Fase pengukuhan dimulai ketika bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa negara dan dicantumkan dalam Pasal 36 UUD Tahun 1945. Pasal tersebut menyatakan, “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia.” Dengan demikian, status bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional diperkuat, mengingat tidak semua negara memilih nama negaranya sebagai nama bahasa resminya.

c. Fase Pengembangan

Pada fase pengembangan, bahasa Indonesia mulai dikembangkan menjadi bahasa modern yang dapat mengakomodasi konsep-konsep yang berkembang di masyarakat. Dalam fase ini, bahasa Indonesia dikodifikasi secara sistematis, baik dari segi kosakata maupun tata bahasa. Sebagai bahasa yang dinamis dan beradaptasi dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesia terus mengakomodasi berbagai istilah asing yang baru sehingga bahasa ini dapat terus berkembang dan kaya akan kosakata.

d. Fase Pembuanaan

Pada fase ini, bahasa Indonesia memperluas pengaruhnya tidak hanya dalam konteks nasional, tetapi juga di panggung global, mempertegas jati diri bangsa. Prestasi ini tercapai dengan penetapan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi Sidang Umum UNESCO pada tanggal 20 November 2023. Penetapan ini mengukuhkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ke-10 di Sidang Umum UNESCO, bergabung dengan deretan bahasa prestisius lainnya seperti Inggris, Mandarin, Spanyol, Hindi, Portugis, Prancis, Arab, Italia, dan Rusia.

Peluang Internasionalisasi Bahasa Indonesia

Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia—setelah India, Tiongkok, dan Amerika Serikat—dengan jumlah penduduk sekitar 277 juta menurut sensus BPS 2023, Indonesia memiliki potensi besar untuk memainkan peran signifikan dalam berbagai bidang di kancah internasional. Potensi-potensi ini secara tidak langsung dapat merambat ke bidang kebahasaan.

Sebagai ilustrasi, kemajuan ekonomi Indonesia dapat membuka jalan untuk dikenalnya bahasa Indonesia di panggung dunia. Seiring Indonesia bangkit sebagai kekuatan ekonomi di Asia, perusahaan-perusahaan internasional berlomba memasuki pasar yang menjanjikan ini. Agar dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang semakin berdaya beli, mereka terpaksa mengadopsi bahasa Indonesia dalam komunikasi bisnis dan strategi pemasarannya. Dalam dinamika tersebut, bahasa Indonesia tak lagi sekadar pilihan, melainkan menjadi kebutuhan mendesak bagi siapa pun yang ingin menembus pasar dengan daya saing tinggi. Sehingga, kekuatan ekonomi Indonesia menjadi pendorong kuat bagi pengenalan bahasa Indonesia di kancah global.

Minat masyarakat global terhadap bahasa Indonesia juga terus meningkat. Hal ini tecermin dalam berbagai perkembangan yang signifikan. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), jumlah negara yang mengajarkan bahasa Indonesia melonjak dari 38 menjadi 54 negara di seluruh dunia. Selain itu, lebih dari 300 lembaga kini menyelenggarakan program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) dengan 172 ribu peserta aktif. Badan Bahasa pun menjalin kemitraan erat dengan para pengajar, pegiat BIPA, serta alumni penerima beasiswa Darmasiswa, termasuk beasiswa seni dan budaya Indonesia dari Kementerian Luar Negeri. Seluruh upaya ini bertujuan memperluas penyebaran dan pemahaman bahasa Indonesia di kancah internasional.

Tantangan Pembuanaan Bahasa Indonesia

Tantangan dalam penginternasionalan bahasa Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Beragamnya sikap di antara para pelaku diplomasi dan pemangku kepentingan menjadi hambatan tersendiri. Banyak yang merasa cukup dengan penguasaan bahasa internasional yang sudah ada, seperti bahasa Inggris, sehingga kurang meyakini potensi bahasa Indonesia di forum-forum global. Keyakinan ini turut memengaruhi kebijakan, seperti kemampuan berbahasa Indonesia yang belum dijadikan persyaratan bagi para ekspatriat yang bekerja di dalam negeri. Hal ini dapat memperlambat penerimaan bahasa Indonesia di kancah internasional.

Selain itu, keterbatasan sumber daya juga menjadi tantangan signifikan. Mobilisasi sumber daya, baik finansial maupun manusia, masih terbatas, membuat upaya internasionalisasi bahasa Indonesia terkendala dari sisi kapasitas. Dukungan yang kurang memadai ini berdampak pada rendahnya daya jangkau dan efektivitas program-program yang bertujuan memperkenalkan bahasa Indonesia di mancanegara.

Tak kalah krusial, tantangan lain dalam penginternasionalan bahasa Indonesia adalah memudarnya kebanggaan dan keterampilan berbahasa di kalangan masyarakatnya sendiri. Banyak yang lebih akrab dengan istilah selfie, drive-thru, dan cash, meskipun kita memiliki padanan kata seperti swafoto, lantatur, dan tunai sebagai bagian dari kekayaan leksikon kita. Pertanyaannya, bagaimana bahasa Indonesia bisa meraih tempat di panggung dunia jika para penuturnya sendiri kurang menghargai dan merawatnya?

Lalu, Langkah Apa yang Dapat Ditempuh?

Langkah penginternasionalan bahasa Indonesia tidak harus dimulai dengan hal besar. Segala sesuatu dapat dimulai dari diri sendiri dan dari hal kecil. Tindakan sederhana yang dilakukan secara kolektif dan kontinu dapat membawa dampak besar di masa depan. Demikian pula dengan semangat kebahasaan; jika setiap individu memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga dan mempromosikan bahasa Indonesia, kesadaran ini dapat menular ke orang-orang di sekitar. Kekuatan bersama inilah yang akan mendorong bahasa Indonesia menjadi semakin dikenal dan dihormati di kancah dunia.

Diresmikannya bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa resmi Sidang Umum UNESCO hanyalah awal. Ini adalah pintu yang terbuka lebar menuju berbagai peluang yang terhampar. Sekarang, pintu masuk sudah dibuka. Pertanyaannya, apakah kita hanya akan berdiam di depan pintu atau justru melangkah lebih dalam lagi untuk menggapai potensi yang menanti?

 

Fikri Rafliabyan, Sepy Windriani, Duta Bahasa Provinsi Sumatra Selatan 2024.

 

 

Rujukan

  • World Bank. (2024). World Development Indicators. Washington, D.C.: World Bank.
  • UNESCO. (2024). Official Languages of UNESCO General Assembly. Paris: UNESCO.
  • Badan Pusat Statistik (BPS). (2023). Sensus Penduduk 2023. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
  • United Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA). (2024). World Population Prospects 2024. New York: United Nations.
  • Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). (2024). Laporan Pengajaran Bahasa Indonesia di Luar Negeri. Jakarta: Kemendikbud Ristek.
  • Badan Bahasa. (2024). Program BIPA dan Statistik Peserta. Jakarta: Badan Bahasa.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

5 + fifteen =

Scroll to Top